Lihat Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Wahyu 3:20
Bacaan Alkitab Setahun : [kitab]Mazmu21[/kitab]; [kitab]IKori12[/kitab]; [kitab]0Ayub20-21[/kitab]
Tapi setelah itu, ketukan pada pintu itu sendiri memberitahukan
mengenai siapa yang berdiri dibalik pintu, mencegah saya membuat
keputusan-keputusan. Ternyata, membuat keputusan juga penting bagi Yesus. Pasal di dalam kitab Wahyu, kita dapat baca bahwa Yesus berdiri dan mengetuk di depan pintu:
Lihat, Aku berdiri di
muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan
membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Wahyu 3:20
Ketika Alkitab diibaratkan dengan surat yang diberikan
kepada gereja, dalam konteks ini, gereja juga dipahami sebagai jiwa pribadi lepas pribadi yang berbalik dari Allah. Rasul Paulus mengajarkan kita pada Roma
3:11 bahwa tidak ada seorangpun yang mencari Tuhan. Namun, Alkitab
mengajarkan bahwa karena kasih karunia dan pengampunan Allah, diri-Nya yang
mencari kita! Disini jelas bahwa inilah keinginan Yesus, yaitu untuk berdiri
dibalik pintu yang tertutup dan mengetuk. Selain itu, banyak pemahaman yang
lahir dari ilustrasi ini sebagai representasi dari hati kita masing-masing.
Ketika kita baca, Yesus tidak meninggalkan orang dibelakang pintu yang
bertanya-tanya siapa yang mengetuk. Seiring berjalannya kisah tersebut, kita
menemukan bahwa Yesus tidak hanya mengetuk, Dia juga berbicara dari balik
pintu, “Jika seseorang mendengar suaraku…” Pernahkah kamu bayangkan apa yang
Yesus katakan dibalik pintu yang tertutup? Pada ayat sebelumnya dijelaskan kepada kita sedikit petunjuk ketika Dia memperingatkan gereja-gereja, “… relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (Wahyu
3:19). Dan juga, kita masih diberikan pilihan: meskipun kita mendengar suara
Tuhan, Dia menyerahkan kepada kita pilihan apa kita akan membuka pintu untuk
mengundangnya masuk atau tidak.
Lalu apa yang terjadi setelah kita membuka pintu? Apakah dia
datang untuk mengubah susunan perabotan kita, atau mengomel tentang tumpukan
pakaian kotor kita? Beberapa orang mungkin tidak mau membuka pintu karena takut
Yesus akan mengutuki segala kesalahan yang kita perbuat dalam hidup kita;
bagaimanapun Akitab tidak menjelaskan secara detail tentang hal ini. Pasal ini
menjelaskan bahwa Yesus mengetuk pintu hati kita sehingga, “… Aku akan makan bersama-sama dengan dia…” Beberapa terjemahan
lainnya berkata, “kita akan berbagi makan
seperti layaknya teman.”
Yesus telah datang kepada kita untuk membangun sebuah
hubungan. Dia tidak memaksa diri-Nya untuk masuk, atau datang supaya dapat
mengutuki kita; Yesus mengetuk pintu hati kita untuk memberikan hadiah – yang merupakan
diri-Nya sendiri supaya melalui Dia, kita menjadi anak Allah.
“Ia telah ada di dalam
dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang
kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak
menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;” Yohanes
1:10-12